Perkenalkan nama saya
Zulham, dan ini adalah kisah hidup saya. Saya adalah seorang bocah yang sangat menyukai sepak bola, saya lahir pada tanggal 14 Desember 1994, saya mulai
menyukai sepak bola sejak umur 12 tahun, awalnya saya kurang berminat dengan
sepak bola, tapi entah mengapa saya jadi sangat cinta terhadap bola, ,,,,,,
petualangan saya dalam
sepak bola dimulai ketika saya kelas 6 SD, waktu itu saya bergabung dengan SSB
Putra Roda, pertandingan pertama saya adalah pada tahun 2006, waktu itu Roda
bertanding persahabatan melawan SSB Cakra Muda, tepat pukul 04:00 sore kick off
di mulai. Waktu itu saya masih menunggu di bangku cadangan. Babak pertama
berahir 5-0 untuk keunggulan Roda. Satelah babak kedua dimulai Roda menambah
keunggulan menjadi 6-0, barulah sepuluh menit sebelum usai saya di masukkan
oleh pelatih. Waktu itu saya di pasang sebagai gelandang bertahan. Ketika kami
mendapat tendangan sudut, saya maju dan mendapat bola rebound hasil dari
sepakan rekan satu tim yg lain, tak menyianyiakan kesempatan ini saya langsung
shooting bola tersebut ke gawang yang telah kosong, sehingga terciptalah goal
perdana saya kala itu. Dan akhirnya roda
menang dengan skor telak 7-0.
Sejak saat itu saya giat
berlatih di SSB tersebut, disana saya mengenal banyak teman, salah satunya
adalah Nanda, dia adalah anak dari pelatih. Meskipun kecil tapi dia memiliki
skil yang baik, adapun teman saya yang lain yaitu dimas, iwan, dicky, ghofur,
kurniawan dan masih banyak yang lainya tapi teman terdekat ku adalah kurniawan
kami selalu latiahn dan bermain bersama karena rumah kami bersebelahan. Dalam
SSB ini saya memakai jersey nomor 18,pertandingan demi pertandingan telah kami
hadapi, Dan tibalah waktunya kompetisi u16 tingkat kabupaten yang di ikuti
banyak SSB, lawan lawan yg kami hadapi sangatlah berat tapi dengan kerja keras,
kami dapat menembus final, di final kami bertemu lawan yang seimbang sehingga
harus di tentukan dengan adu penalty, dan Alhamdulillah Roda berhasil
menang…………………………..
Beberapa bulan telah berlalu. Sekarang tibalah saatnya
ujian nasional tingkat SD, dan orangtua ku menyuruh ku untuk lebih giat
belajar. Tetapi karena terlalu sering latihan aku jadi malas belajar sehingga aku
lulus dengan nilai yang kurang memuaskan. Satu tahun berlalu sejak aku
bergabung dari roda kini aku sudah duduk di kelas satu SMP, saat itulah teman
baik ku, kurniawan keluar dari Roda, karena dia melanjutkan ke pondok pesantren.
Hal ini membuatku seakan tak bersemangat berlatih di roda, akhirnya aku
putuskan untuk keluar juga dari roda dan lebih giat belajar. Tapi aku masih
ikut extra futsal di SMP. Namun extra
tersebut kurang maju di smp kami. Kami hanya satu kali ikut pertandingan , dan
itupun berakhir dengan kekalahan. Di smp
saya banyak mengalami suka dan duka. Sama seperti remaja pada umumnya saya juga
mulai merasakan jatuh cinta. Ada beberapa teman sekelas saya yang kelihatanya menyukai
ku, tapi karena aku orangnya pilih, jadi aku abaikan saja karena hati ku lebih
suka dengan teman sekelas ku yang lain yang namanya tidak saya sebutkan. Tetapi
aku tidak berani mengungkapkan pada dirinya. Seakan lidah ini tak mau mengikuti
perintah yang di perintahkan oleh otak ku. Sampai kelas 3 pun aku masih gerogi
dan nerves bila di dekatnya. Tiga tahun berlalu sampai tibalah ujian nasional
tingkat smp. Dan setelah lulusan aku pun belum berani mengungkapkan isi hatiku
padanya, sampai akhirnya kami berpisah karena melanjutkan ke SMA yang berbeda.
Ketika aku duduk di bangku sma aku mendapatkan teman yang bisa ku bilang cocok
dengan ku, namanya Kevin, dia juga suka dengan sepak bola . Aku dan Kevin
sering bermain bersama kami juga duduk satu bangku bahkan ketika makan, sholat,
istirahat, dan dihukum juga sering bersama sama. Meskipun kami sering beda
argument dan saling menyombongkan diri tapi rasa persaudaraan selalu melekat
pada diri kami masing masing. Aku juga punya teman dekat lain meskipun kami
mulai akrab sejak kelas dua, Namanya Harum. Orangnya cerdas dan selalu masuk
sepuluh besar. Aku sering meminta bantuanya ketika ada ulangan yang sulit. Setengah
tahun berlalu sejak aku masuk SMA, tanpa sadar aku mulai ada perasaan suka
dengan teman sekelas ku, namanya Lina. Tapi penyakit lama ku yaitu nerves sama
orang aku suka tak juga hilang. Kevin selalu menggoda dan meledek ku, aku hanya
diam saja seakan mati kutu. Berbeda
dengan ku Kevin dan Harum sudah lebih dulu sukses dengan cintanya. Mereka
berdua sudah punya pacar masing masing, malahan Kevin sering ganti ganti pacar,
berbeda dengan ku yang masih sibuk dengan sepak bola. Setelah keluar dari Roda
aku ikut klub lokal di desa ku, yakni Merpati FC. Semuanya berjalan normal sampai akhirnya pada
tanggal 31 januari 2011 saat aku bermain sepak bola, aku mengalami cedera patah
tulang lengan kiri, kedua tulang yang berada di lengan ku patah. Aku langsung
di bawa ke rumah sakit untuk di tangani. Ibu ku menyambut keadan ku yang
seperti ini dengan penuh tangisan, aku pun tak tega melihatnya, seluruh
keluarga ku menghawatirkan keadaan ku. malam hari ketika aku menginap di rumah
sakit tersebut, aku berdoa kepada sang maha pencipta agar di beri kesembuhan,
dan tak lupa member tahu keadaan ku serta meminta doa kepada teman teman satu
kelas ku. keesokan harinya pihak rumah sakit menyarankan untuk merujuk ku ke
rumah sakit lain karena dokter spesialis tulang yang biasa menangani, sekarang
pindah praktek di rumah sakit rujukan tersebut. Aku dibawa oleh ambulan ke
rumah sakit tersebut. Setibanya disana aku belum di tangani hanya diberi
suntikan peredam rasa sakit. Selama itu aku mengalami rasa sakit yg amat menyiksa
baru dua hari pasca cedera aku melakukan operasi penyambungan tulang. hari itu tanggal 02-02-2011 aku masuk ke
ruang operasi dengan mendapat semangat dan doa dari keluargaku, waktu itu tepat
pukul 09:00 pagi aku berada di ruang operasi, kemudian dokter memberi keyakinan
padaku kalau aku pasti sembuh. Beliau bernama dr. Rudianto, setalah itu dokter
menyuntikkan obat bius kedalam infusku, aku merasakan ketika obat itu berjalan
dari tangan menuju otak ku yang langsung membuatku taksadarkan diri.
Operasi tersebut berlangsung selama dua jam. Setelah aku
sadar aku merasakan pusing yang sangat luar biasa, mungkin karena darah ku
banyak terbuang saat operasi tadi. Setelah aku keluar dari ruang operasi aku
langsung dibawa kembali ke kamarku, dan aku disambut hangat oleh keluargaku.
Namun karena masih pusing aku meminta ijin untuk tidur. Dan setelah akubangun,
banyak orang datang untuk menjenguk ku mulai dari teman ibu, ayah, teman tim
sepak bola ku dan juga teman sekolah ku, tapi tidak terlihat Kevin dan Harum,
padahal aku sangat rindu dengan mereka, terutama sahabat karib ku, Kevin.
Lima hari sudah aku di rumah sakit, akhirnya aku di
ijinkan pulang. Tiga hari kemudian aku sudah mulai berangkat sekolah dengan
keadaan tangan masih di perban dan di gendong.
Teman teman dan guru guru ku seakan tak percaya dengan keadaan ku.
setibanya di sekolah aku langsung mencari Kevin, Tetapi
hari itu aku tidak melihat Kevin, kemudian aku bertanya pada Harum “rum Kevin
kenapa gak berangkat ?”. “Kevin juga lagi kena musibah Zul” jawab Harum.
Musibah apa ? aku kembali bertanya, “ayahnya baru saja meninggal” kata harum.
Sontak aku merasa kaget dan prihatin dengan musibah yang dialami sahabatku
tersebut. Keesokan harinya aku melihat Kevin telah berangkat sekolah, Kevin
langsung menghampiriku dan menanyakan keadaanku. Kami saling mengobrol dan menceritaka
berbagai hal, aku juga meminta maaf karena tidak bisa datang sewaktu ayahnya
meninggal, dan Kevin juga mengerti keadaanku. Satu bulan aku melewati hari hari
ku di sekolah dengan tangan masih di gendong, dan selama itu Kevin lah yang
selalu membantuku jika ada hal yang tidak bisa aku lakukan hanya dengan satu
tangan. Entah apa yg bisa aku lakukan untuk membalas jasanya waktu itu. Tiga
bulan telah berlalu setelah musibah yang aku alami itu, kini tanganku telah
sembuh meski masih ada pen di dalamnya. Waktu itu aku masih
takut untuk bermain bola lagi, tetapi karena rasa cinta terhadap sepak bola
lama kelamaan rasa takut itu perlahan mulai hilang, dan aku kembali menginjakan
kaki di lapangan. Tetapi entah trauma atau hal lain setelah pasca cedera yang aku alami itu,
kemampuan dan stamina ku menurun drastis tidak seperti sewaktu di Roda. sejak
saat itulah aku melupakan impian ku menjadi pemain bola professional, dan hanya
menjadikan bola sebagai hobiku. Satu tahun berlalu kini aku telah duduk di
kelas dua SMA. Waktu itu kelas kami mengadakan pertandingan futsal melawan
kelas sebelah, dan saat itu aku kembali mendapat cedera. Saat itu tepat ketika
pulang sekolah, aku, Kevin, dan teman teman sekelas kami bergegas pergi ke
gedung futsal yang berada tidak jauh dari sekolah kami. Harum juga ada dan
menonton pertandingan itu serta memberi semangat untuk aku, Kevin, dan juga
teman teman yang lain. Entah mengapa pada hari itu Harum terlihat lebih cantik
dari biasanya. Kick off telah berbunyi bola datang ke arah ku dan tanpa
kompromi bola tersebut langsung aku sapu bersih dengan satu tembakan, namun
tendangan ku mengenai salah seorang pemain lawan dan langsung berbalik arah
menuju ke wajah ku dan mengenai mata sebelah kiri. Pertandingan sempat di
hentikan dan aku langsung diganti dan di tarik keluar. Harum langsung
menghampiriku dan menanyakan keadaan ku. “kenapa zu, mana yang sakit ?”
“mata ku rum, aku gak bisa lihat”
jawabku. Mataku waktu itu sangat merah dan teman teman yang menonton pun ikut
panik tak terkecuali Harum. Dengan segera Harum mengantarku ke bidan terdekat,
namun bidan tersebut hanya menutup mata
kiri ku saja supaya tidak bertambah parah dan bilang kalau mataku ini harus
segera di bawa ke rumah sakit atau spesialis mata agar segera diperiksa. Aku
segera di antar pulang oleh salah satu teman ku. di dalam perjalananan suhu tubuh
ku mulai panas, dan aku hanya memejamkan mataku serta berpegangan pada teman ku
itu. Selama perjalanan aku berfikir apakah mata kiri ku masih bisa melihat
Harum yang cantik seperti tadi ? dan apa reaksi orang tua ku jika aku pulang
nanti. Setibanya di rumah ibu menyambutku dengan tangisan, keluargaku yang lain
mencoba menenangkan ibuku. Mereka langsung membawa ku ke rumah sakit. Setibanya
di sana perban yang menutupi mataku ini di buka dan aku mendapat penanganan
dari dokter. Sedikit demi sedikit mata ku ini bisa melihat cahaya. Dokter
bilang lukanya tidak terlalu parah, aku bersyukur mata kiri ku bisa melihat
lagi. Setelah mendapat perawatan aku langsung pulang ke rumah. Setibanya di
rumah, teman teman ku datang untuk melihat keadaan ku, tetapi Harum dan Kevin
tidak ada, baru setelah mereka pulang, Kevin datang ke rumah ku. Kevin bilang
tadi dia bersama harum telah lebih dulu datang untuk melihat keadaan ku. tetapi
aku masih di rumah sakit sehingga mereka memutuskan untuk pulang.
Setelah aku sembuh aku kembali ke sekolah, dan semua
berjalan seperti biasanya, aku malalui hari ku bersama harum, Kevin dan teman
teman yang lain sampai akhirnya kami kelas tiga dan menghadapi ujian dan akhirnya kami lulus. Harum
melanjutkan pendidikanya dengan kuliah. Sementara Kevin bekerja sebagai
wirausaha yang sukses dan aku sendiri mencari pengalaman dengan bekerja sebagai
karyawan di perusahaan asing terkenal di daerah ku, serta melanjutkan kuliah beberapa tahun
setelahnya. Setelah lulus kuliah aku mendapat undangan pernikahan, ternyata
sahabat terbaik ku yang kini telah sukses akan segera melepas masa lajangnya.
Aku menghadiri ke resepsi pernikahanya dan bertemu Harum serta teman teman ku
semasa sekolah dulu.
Ketika disana aku
berbicara dan bercerita dengan Harum, sambil melepas rasa rindu dengan teman
teman ku dulu.
Zulham: hai rum, gimana
kabarnya sudah lama ya kita gak ngumpul kyak gini lagi ?
Harum: kabar ku baik, eh
ngomong ngomong kapan kamu mau nyusul Kevin nikah?
Zulham: belum tahu nih,
calon aja belum dapet. Kamu sendiri gimana dengan pacarmu yang dulu itu ?
Harum: yang dulu itu dah
putus, sudahlah jangan di ungkit lagi, sekarang aku sudah jomblo.
Entah mengapa sepertinya
aku mempunyai rasa dengan harum, dan aku putuskan untuk memberi tahu padanya
tentang perasaanku ini Dan Harumpun ternyata mengatakan dia juga mempunyai rasa
yang sama. akhirnya hari itu juga kami resmi berpacaran.
Sebelum aku pamit pulang
Kevin mengajak ku untuk melakukan bisnis bersama. Dia menawari aku untuk
menjalankan bisnis Rumah makan dan mendirikan lapangan futsal di sebelahnya,
aku terima tawaranya dan berkat jasa baik temanku itu sekarang aku telah
memiliki dua cabang Rumah makan dan hidup berkecukupan. Dan setelah enam bulan
berpacaran dengan Harum, aku memutuskan untuk melamarnya, akhirnya kami menikah
dan di karuniai satu anak laki laki yang
kami beri nama Diaz.
Seiring
berjalannya waktu Diaz tumbuh menjadi anak yang kuat, dia juga menyukai sepak
bola sama seperti ku dulu. Dan aku melihat Diaz memiliki potensi yang besar
untuk menjadi pemain sepak bola. Aku memutuskan untuk memasukan Diaz ke SSB
Putra Roda, karena aku yakin SSB inilah yang akan membantu dan melatihnya,
tetapi tentu saja dengan ijin dari Harum istriku. Aku juga tak lupa mengajarkan
pendidikan dan pengetahuan agama kepada Diaz, agar kelak dia juga menjadi anak
yang sholeh. Setelah mengikuti berbagai kompetisi bersama Roda, di usianya yang
ke 17 bakat Dias di lirik oleh pengamat dari persija,dia mendapat beasiswa
masuk Persija junior dengan di biayai kehidupan serta sekolahnya.
Dias terus
mengembangkan bakatnya dan terpangil masuk timnasional Indonesia. Dengan
memakai seragam bernomor 10. Dias mampu membawa Indonesia lolos ke putaran
final piala dunia. Dan berhasil membawa
Indonesia ke partai Final melawan Spanyol. Indonesia pun menang atas Spanyol
dengan hasil 1-0 Diaz pun terpilih menjadi pemain terbaik. Aku bangga dengan
anak ku itu, ternyata meski aku tidak bisa menjadi pemain sepak bola tetapi
anak ku dapat meneruskan cita citaku tersebuts. Sekarang Dias telah dewasa dan telah menikah. Diaz
juga telah memberikan aku dan Harum cucu kembar, satu laki laki dan satu
perempuan. Dan sejak saat itu aku benar benar yakin kalau aku tidak bisa lepas
dari sepak bola, karena SEPAK BOLA ADALAH HIDUPKU.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar